Menjaga Kelestarian Perikanan Rajungan di Lampung
Newslampungterkini.com – Pemerintah Provinsi Lampung bekerjasama dengan Pemerintah Pusat serta Non-Governmental Organization (NGO), menggalakkan alat tangkap ramah lingkungan pada para nelayan untuk menjaga kelestarian dan stok ekosistem perikanan rajungan dalam pelatihan singkat kampanye media JUARA untuk wartawan di Hotel Emersia, Bandar Lampung, Sabtu (18/9/2021).
Pengelola Produksi Perikanan Tangkap (P3T) Madya di Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, Siti Kamarijah mengatakan, dampak dari masih menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan saat ini nelayan harus ke tengah laut untuk mencari rajungan.
“Maka pelestarian rajungan untuk berkelanjutan ini mesti kita sosialisasikan pada nelayan, untuk menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Karena kita tidak ingin anak cucu kita tidak kenal dengan yang namanya rajungan,” ujar Siti, secara virtual.
Pentingnya sosialisasi ini lanjutnya, agar nelayan tidak menangkap rajungan yang masih kecil dan yang sedang bertelur. Alat tangkap yang dihindari yakni jaring insang dasar, jebakan ikan dan pukat yang tidak berkelanjutan.
“Kita harus kasih tahu pada nelayan yang belum paham pentingnya pelestarian dan mengoptimalkan pengelolaan rajungan. Kemudian dalam penegakan hukum juga belum dioptimalkan terhadap yang melanggar,” lanjutnya.
Kabid Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, Sutaryono mengatakan, demi menjaga kelestarian stok dan ekosistem rajungan pihaknya bekerjasama dengan 3 NGO dalam pendampingan dan memberikan sosialisasi lapangan pada para nelayan.
“Karena target kita di 2022 provinsi Lampung penghasil rajungan terbaik di Indonesia. Hal itu bisa dicapai dengan peningkatan kualitas pengelola rajungan, kemudian produksi yang tinggi dan pengelolaan sumberdaya rajungannya,” kata Sutaryono.
Saat ni provinsi Lampung sudah mempunyai beberapa perusahaan dibidang rajungan, PT. Phillips Seafoods Indonesia Lampung, PT.Siger Jaya Abadi – Lampung.
Lampung saat ini 10 sampai 15 persen produksi rajungan nasional berasal dari perairan pesisir Timur Lampung.
Pada tahun 2019 volume ekspor rajungan meningkat 15,9 persen, namun nilai ekspor rajungan pada tahun 2020 menurun 2,6 persen dari tahun sebelumnya.
“Oleh karenanya harus dilakukan pengetatan suatu zona sehingga daerah tersebut dilindungi dan dapat berkelanjutan. Karena hal itu juga mampu meningkatnya ekonomi, ekspor dan meningkatkan pendapatan para nelayan,” ungkapnya.
Berdasarkan data dari asosiasi pengelolaan rajungan Indonesia (APRI), 640.000 ton sampah di laut Indonesia berasal dari alat tangkap yang rusak lalu dibuang maupun yang terbawa arus.
“Masalah bantuan pada nelayan, tentunya kita juga terkendala dengan anggaran daerah. Tapi untuk tahun ini ada bantuan hanya nelayan yang aktif dan mengajukan ke dinas. Tapi bantuan ini bertahap kita berikan karena saat ini juga kita anggaran nya di rekofusing,” terangnya.
Sementara Ketua Forum Nelayan Rajungan Provinsi Lampung, Miswan mengakui bahwa saat ini dari tahun ke tahun hasil tangkap rajungan mengalami penurunan.
“Itu juga karena dampak dari alat yang tidak ramah lingkungan yang sering mengusik tempat bertelurnya rajungan, dan adanya penambangan pasir itu,” ujar Miswan,
Oleh karenanya, Ia berinisiatif dengan membentuk kelompok untuk memikirkan bagaimana menjaga kelestarian rajungan sebagai sumber kehidupan para nelayan kecil
“Seperti di daerah saya di Lampung Timur. Pola penangkapan jaring nya sudah dimodifikasi, sehingga rajungan yang kecil tidak kena jaring dan rajungan yang sedang bertelur langsung dilepaskan kembali ke laut,” ungkap Miswan.
Pihaknya juga ada waktu-waktunya untuk mencari rajungan, dimana hanya musim barat saja sementara jika musim Timur yang mana rajungan sedang bereproduksi pihaknya beralih mencari komoditas perikanan lainnya.
Selain itu jelasnya, pihaknya juga melakukan sosialisasi pada kelompok nelayan lainnya untuk menangkap rajungan dengan alat yang tidak merusak lingkungan.
“Misalnya ada alat tangkap nelayan yang kurang ramah lingkungan, kita cari solusinya sama-sama. Karena tujuannya untuk keberlangsungan rajungan itu sendiri dan sebagai mata pencarian yang berkelanjutan,” pungkasnya.
(sen)