29 Juni 2025

News Lampung Terkini

Portal Berita Lampung

Isteri vs Gubernur

Oleh : Adolf Ayatullah Indrajaya

Tabik pun, nabik tabik. Tabik di kuti rumpok, punyimbang tuha raja seunyinni. Sikandua haga numpang cawa. Cawa puuuuun.

Tulisan kali ini bukan soal politik. Walaupun memang ditulis setelah bertemu dengan salah satu tokoh politik paling senior di Bumi Lampung.

Subki Elias Harun. Sebagai PNS karirnya paripurna hingga ke golongan tertinggi, kebirokratan 11 tahun jadi Wakil Gubernur, anggota DPR-MPR-RI dua periode dan sederet kontribusi signifikan anak desa kelahiran Way Umpu, 24 Mei 1937 ini.

“Pada masa itu, dari Wakil Gubernur sudah tidak mungkin lagi naik jadi gubernur karena pemerintah pusat mengkualifikasi provinsi kita sebagai kawasan strategis sehingga yang bisa jadi gubenur harus tentara,” kisah Pak Subki.

Sebelum sebelas tahun jadi Wagub, enam tahun sudah Subki jadi Sekwilda. Kalo sekarang nomenklaturnya Sekda. Satu-satunya eselon satu di sekretariat pemda. Artinya dia sudah jadi pejabat teras sejak usia pertengahan 30-an.

Nah ini cerita terkait judul di atas. “Saya ingat persis tanggalnya 25 Desember 1978. Saya sedang mengikuti Penataran P4 di Jakarta menginap di Hotel Sahid,” tuturnya waktu menjamu rombongan pengurus Kagama di kediamannya di Kacapiring.

Subki waktu itu tiba-tiba drop. Kepalanya pusing sekali, dadanya sesak. Jadilah dia diantar ke dokter oleh isterinya.

Usai diperiksa dokter, ternyata yang diberi “resep” bukan hanya Subki yang sedang sakit. Dokter kemudian memberi briefing khusus untuk Hj Hermina, isterinya Subki.

“Suami ibu masih merokok. Buat seorang perokok, tak akan ada yang bisa memaksanya berhenti. Atasannya, dokter, siapapun yang menyuruhnya berhenti merokok itu percuma. Tapi kalau isterinya yang mengancam, pasti efektif,” kata dokter.

Jadilah, ujar Subki, per tanggal itu dia berhenti merokok. Usianya baru 40 tahun saat itu.

Ujian berat tentu saja pasti datang buat seorang perokok untuk berhenti. “Dulu rokok saya rokok gepe. Berhenti merokok begitu saja, tak ada proses tak ada prakondisi. Berhenti begitu saja,” tegas Subki.

Beberapa bulan setelah momen berhenti merokok, Subki rapat dengan Gubernur Yasir Hadibroto. Sepanjang rapat Gubernur Yasir merokok dan berikutnya dia heran kenapa Subki tidak merokok.

“Kenapa kamu nggak merokok?” tanya Gubernur.
“Saya berhenti merokok Pak,” jawab Subki.
“Oh iya? Bagus. Tapi merokoklah sebatang, temani saya merokok,” sergah Gubernur Yasir.

Tentu saja, ucapan seorang gubernur itu setara perintah. Bicara sambil mengangsurkan batang rokok pula. Ini jawaban Subki E. Harun.

“Siap Pak Gubernur, perintah apapun siap saya jalankan, kecuali ini. Saya sudah janji dengan isteri saya berhenti merokok!” Gubernur Yasir meresponnya dengan tertawa senang.

Bukan kisah politik kan? Ini kisah dimana bawahan berani menolak perintah Gubernur karena sudah janji dengan isteri menolak merokok. Kalau kata anak milenials, so sweet.

Tabik pun, nabik tabik. Sikandua kilu mahap. Numpang liyu puuuuun.

Copyright © 2015 | Newslampungterkini.com | PT Lampung Terkini Mediatama |