27 Oktober 2024

News Lampung Terkini

Berita Terkini

Megalithic Millennium Art dimulai, Anshori Djausal : “Nyow Maksud Pak Umar Enow”

Newslampungterkini.com, Tulang Bawang Barat – Shareing Time Megalithic Millennium Art, pasti menjadi pertanyaan berbagai masyarakat Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba), dan umumnya Masyarakat di Provinsi Lampung bahkan seluruh Nusantara.

Betapa tidak, Kegiatan yang digagas oleh Almarhum Suryodarmo Suprapto sebelum wafat pada Minggu, 29 Desember 2019 lalu, bersama Bupati Tubaba Umar Ahmad, akhirnya terwujud dengan hadirnya para Seniman, Penyaji, Arkeolog dan Budayawan Nasional dan Internasional, pada Rabu (22/1/2020)

Pantauan media Newslampungterkini.com, di dua lokasi berbeda, pada hari pertama pembukaan, Rabu 22 Januari 2020, di Taman Budaya Rumah Adat di Uluan Nughik, Kelurahan Panaragan Jaya dan Las Sengok di Kampung Karta, tampak ribuan orang menyaksikan berbagai pertunjukan tari, diskusi dan workshop.

Menurut Ir. H. Anshori Djausal, pakar ferrocement sekaligus budayawan Lampung, menerangkan bahwa gagasan mbah prapto panggilan akrab almarhum Suprapto Suryodarmo dengan keahliannya dibidang Seni dan Kebudayaan, bersama Umar Ahmad ingin membentuk atmosfer Kebudayaan dengan mengangkat identitas tersendiri Kebudayaan Tubaba untuk masa depan.

Baca Juga :  Pemerintah Provinsi Lampung Revitalisasi Stadion Pahoman

“Pasti banyak orang bertanya-tanya, tentang kegiatan Megalithic Millennium Art di Tubaba, kalau kata orang Lampung bilangnya ‘Nyow Maksud pak Umar enow?” kata bang An panggilan akrab Anshori Djausal saat diwawancarai media Newslampungterkini.com di lokasi Las Sengok, Kampung Karta.

Menurut bang An, Bupati Umar Ahmad, bergerak membuka cakrawala berpikir, bahwa waktu itu jangan sampai dibatasi, tetapi menantang untuk melihat jauh kedepan.

“Judulnya saja sudah Megalithic Millennium Art, ini bermakna Tubaba mendunia. Jangan melihat Pagar Dewa sekarang, itu saat dibentuk ratusan ribu tahun nilai-nilai kehidupan dan Kebudayaannya. Jangan juga melihat kondisi yang sekarang, tetapi kedepannya yang harus dibangun, kalau tidak, kita akan kebingungan,” ujar penggiat Pariwisata itu.

Baca Juga :  Pj Gubernur Hadiri Ramah Tamah dengan Ketua MPR RI Ahmad Muzani dan Acara Syukuran Ketua DPRD Lampung Ahmad Giri Akbar

Saat ini lanjut bang An, semua orang sedang berhadapan dengan tantangan globalisasi tetmasuk kemajuan daerah, terutama yang mempengaruhi kesemestaan.

“Kita di Tubaba harus mencari nilai-nilai yang sama antar bangsa. Salah satu contoh adalah kura-kura ini hewan yang panjang umurnya kita ambil nilai-nilainya, mitos di negara-negara lain itu ada, hari ini dengan menyimbolkan melepas kura-kura itu sebagi bentuk pemahaman tentang alam semesta dengan sangat baik,” ungkapnya.

Pemerhati Lingkungan itu berpendapat, agar jangan memahami pembangunan dalam konteks satu atau dua masa pemerintahan saja, atau memahami sebuah proyek pembangunan saja, sebab menurutnya hal itu hanya bersifat sementara saja.

Baca Juga :  Pj Gubernur Hadiri Ramah Tamah dengan Ketua MPR RI Ahmad Muzani dan Acara Syukuran Ketua DPRD Lampung Ahmad Giri Akbar

“Bangunlah peradaban. Keberadaan Pagar Dewa, Panaragan, Karta, Gunung Katun dan lainnya, itu yang harus diperkuat dengan kebudayaan yang berkemajuan dan menjadi simbol Tubaba dimasa depan,” terangnya.

Bang An menilai ada Seniman, Arkeolog, Budayawan yang mewakili 11 Negara di dunia termasuk Indonesia, merupakan sesuatu yang luar biasa.

“Jaman dahulu menurut leluhur di Tubaba menyebutnya tempat ini Las Sengok, tempat yang ditakuti para leluhur kita, dan hadirnya bangsa-bangsa luar di tempat ini sungguh luar biasa, akan menjadi catatan sejarah masa depan Tubaba. Kita harus mengingatkan masa depan, bukan membuat sesuatu yang baru saja, ini mengangkat identitas Tubaba. Mari kita dukung setiap gagasan yang berani,” pungkasnya.

Laporan : Dedi Priyono

Copyright © 2015 | Newslampungterkini.com | PT Lampung Terkini Mediatama | Newsphere by AF themes.