Budaya “SAMBATAN” Semangat Gotong Royong yang Masih Guyub di Lampung Timur

Newslampungterkini.com Lampung Timur – Semangat gotong royong, terus dilestarikan di Kabupaten Lampung Timur. Kabupaten yang berjuluk Bumei Tuwah Bepadan ini mengedepankan semangat gotong royong untuk menciptakan masyarakat yang guyub dan rukun.
Hal tersebut juga yang diwujudkan oleh masyarakat Kecamatan Batanghari, Lampung Timur, khususnya di Desa Balerejo, Kecamatan Batanghari Nuban.
Warga setempat melaksanakan budaya “sambatan” atau dalam bahasa Indonesia gotong royong. Budaya gotong royong adat jawa dalam membangun rumah tanpa dihitung upah.
Adalah kediaman Ricko Pratama, yang dikerjakan secara sambatan oleh warga sudah sekitar dua minggu. Menurut warga semangat gotong royong dilakukan sejak melakukan pondasi rumah hingga menaikkan genteng.
Tak tanggung-tanggung sekitar 30-an warga bergerak melakukan “Sambatan”. Sambatan itu sendiri juga sudah dilakukan sekitar dua minggu.
“Kalau di sini warganya kompak mas. Kalau punya kegiatan kita bergotong-royong, termasuk sambatan ini. Siapa saja yang punya hajat kita kompak,” kata Yunus.
Budaya sambatan sendiri merupakan adat istiadat jawa, yang mengikuti sambatan tidak dihitung upah seperti pekerja pada umumnya, hanya diberi makan siang dan sarapan.
Yunus menjelaskan, biasanya sambatan diikuti puluhan orang dan tidak diberi imbalan, yang diberi imbalan biasanya hanya tukang.
Menurutnya masyarakat setempat juga memiliki grup grup arisan semen yang dibuat warga per kelompok, untuk memudahkan warga dalam membangun rumah.
“Kita juga ada arisan semen arisan pasir, warga di sini punya arisan itu. Jadi kalau ada yang ingin bngun rumah bisa lebih mudah, misalnya orang 100, ada yang mau bangun rumah sum-suman 10 sak semen,” katanya, Sabtu (31/8/ 2019).
Dia menjelaskan warga yang melakukan sambatan tidak mengharapkan imbalan sama sekali.
Dalam keamanan desa, warga juga bersatu untuk menjaga keamanan. Jaga malam di tempat ronda atau di kediaman masing-masing juga terus digiatkan.
“Kalau ada pencuri bersatu, menangkap pencuri. Melek di rumah masing-masing, di sini jarang maling mas, insallah setiap ada maling kita tangkap, karena kita kompak,” kata Supri.
Supri menjelaskan budaya “sambatan” dan kompak dalam keamanan bisa dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang guyub dan rukun tentunya untuk menciptakan situasi yang aman dan kondusif, baik di Lampung Timur secara umum atau di Kecamatan Batanghari secara khusus.
(Bbg/Yus/Kmf)