Menjelang Lebaran Harga Udang Turun, Petambak Dipasena Galau

Newslampungterkini.com TULANG BAWANG – Menjelang lebaran harga udang turun sampai di angka Rp.53 ribu per kilogram. Penurunan harga ini terjadi sejak seminggu terakhir. Senin (27/05/2019)
Dengan kondisi budidaya yang tidak stabil, udang yang sulit berkembang, dan penurunan harga di pasaran membuat petambak di Bumi Dipasena Jaya galau.
Salah satu petambak udang di RW 02 Bumi Dipasena Jaya, Kabupaten Tulang Bawang, Warsito, menjelaskan bahwa memang harga pasaran dan udang mengalami penurunan.
“Penurunan harga sudah biasa terjadi, palagi menjelang hari raya atau hari besar lainnya. Penurunan harga kali ini sudah sejak seminggu lalu,” Ungkap Warsito usai panen di tambaknya.
Warsito juga menjelaskan bahwa memang hasil dari tambak yang panen selalu turun harga menjelang musim panen. Udang yang dibudidayakan di tambaknya kali ini menghasilkan 4 kwintal dengan size 100.
Udang yang ia budidayakan di tambak jenisnya sama, yakni Udang Vaname. Dari size yang didapat tersebut harganya tidak masuk harga standar.
“Udang dengan size 100 masuk dalam kategori udang pasar pada pemasarannya, dan untuk harga standar, size harus mencapai 60,” Ungkapnya.
Warsito menambahkan, bahwa perubahan harga menjadi turun biasanya terjadi pada bulan menjelang hari raya. Sedangkan saat hasil budidaya kurang, harga biasanya naik.
Mungkin ada permainan pasar atau memang kondisinya seperti itu. Memang membudidayakan udang vaname bisa dibilang mudah-mudah gampang. Tak ada teori tetap, petambak harus ikuti nalurinya sebagai pembudidaya udang. Apa yang harus dilakukan untuk menjaga ekosistem dalam tambaknya
Selain itu, kondisi air, cuaca, dan lingkungan sangatlah signifikan. Petambak harus jeli melihat kondisi lingkungan saat awal mula melakukan budidaya. Sarana prasarana harus juga disiapkan sebaik mungkin, supaya saat berjalannya masa pembesaran udang, udang dapat mendapatkan perlakuan yang baik untuk tumbuh kembangnya.
“ Tak sedikit juga petambak yang gagal walau sudah berusaha semampu mereka, memang berat profesi jadi petambak. Kuat dilakoni, ra kuat ditinggal ngopi,” Kelakar Warsito.
Editor : Bbg