Spirit Suku Baduy Terhadap Alam Membuat Bupati Tubaba Membangun Kota Uluan Nughik

Newslampungterkini.com TULANG BAWANG BARAT – Berjalan kaki tanpa alas, dengan berpakaian yang berlengan panjang dan lilitan kain berwarna hitam atau putih di kepala, merupakan cirikhas orang suku Baduy Dalam, yang dikenal sebagai Urang Kanekes atau etnis Sunda yang menempati wilayah Kanekes, di Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
Suku Baduy yang menetap di suatu pedalaman daerah Banten, tinggal di kawasan perbukitan, yang masih bagian dari Pegunungan Kendeng, ternyata hidup dari aktivitas ladang dan bertani, tetapi kaum laki-laki suku Baduy tersebut sering keluar kampung untuk melakukan aktivitas perdagangan.
Salah satu adat yang terbilang unik pada suku Baduy adalah tidak membiasakan diri untuk menggunakan peralatan yang moderen, seperti alas kaki, alat elektronik dan kendaraan bermotor, mereka menganut kepercayaan tradisional Sunda Wiwitan, yang dipimpin oleh seorang Pu’un sekaligus berkedudukan sebagai pemimpin masyarakat atau kepala suku.
Suku Baduy Dalam, memiliki tiga kampung yang bertugas mengakomodir kebutuhan dasar yang di perlukan semua masyarakat Suku Baduy. Tugas yang dipimpin oleh Pu’un selaku ketua adat tertinggi itu, yang dibantu dengan Jaro sebagai wakilnya.
Menurut informasi yang di himpun media Newslampungterkini.com, sebutan Baduy merupakan pemberian dari peneliti Belanda yang melihat kemiripan masyarakat di Baduy dengan masyarakat Badawi atau Bedoin di Arab, Kemiripan itu karena dahulu masyarakat Baduy sering berpindah-pindah mencari tempat yang sempurna untuk mereka tinggali. Namun ada versi lain yang menyebutkan, nama Baduy adalah nama Sungai Cibaduy yang terletak di bagian utara Desa Kanekes.
Mata pencaharian mayarakat Suku Baduy umumnya berladang dan bertani. Alamnya yang subur dan berlimpah mempermudah suku ini dalam menghasilkan kebutuhan sehari-hari. Hasil berupa kopi, padi, dan umbi-umbian menjadi komoditas yang paling sering ditanam oleh masyarakat Baduy.
Spirit warga suku Baduy terhadap kelestarian alam semesta, itulah yang membuat Hi. Umar Ahmad Bupati Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) Provinsi Lampung, semasa kepemimpinannya ingin menciptakan kearipan suku Baduy dengan membangun Kota Uluan Nughik, dengan meminjam spirit Kanakes sebagi icon baru di bumi Ragem Sai Mangi Wawai.
Menurut Umar Ahmad, untuk menjadi kota yang dilandasi nilai-nilai budaya, kehadiran masyarakat suku Baduy akan memunculkan spirit kesederhanaan dengan ketajaman hati dan pikiran masyarakat Tubaba, sehingga kota Uluan nughik akan terbangun.
“Kehadiran suku Baduy di Tubaba akan menjadi spirit bagi masyarakat Tubaba, beberapa makna yang bisa kita dipetik dari kehidupan suku Baduy yang menyimpan kesederhanaan yang sempurna, mereka secara fisik tampak sederhana tetapi pikiran dan hati mereka luar biasa, prilaku dan hati mereka mencerminkan bahwa mereka memiliki peradaban yang sangat tinggi dan sangat menghormati kelestarian alam dan nilai-nilai budaya,” Kata Umar Ahmad kepada media Newslampungterkini.com pada Kamis (19/7/2018)
Bupati pun berharap dengan adanya warga suku Baduy di Kabupatennya, yang beberapa hari lalu ada 7 orang akan tinggal di Kabupaten Tubaba, akan menopang kota yang berbudaya, kota multikultural yang sungguh-sungguh dengan berkesederhanaan.
Lanjutnya, dengan membangun Kota Uluan Nughik yang berarti Awal Kehidupan dan pembangunan Las Sengok atau Hutan Larangan di Tubaba, akan menjadi konektifitas prilaku manusia dengan alam sekitar, mencontoh prilaku kehidupan yang sudah dijalankan suku Baduy ribuan tahun lalu hingga saat ini.
“Masuknya masyarakat Baduy dengan diawali 7 orang itu, Tubaba itu akan menjadi kota yang berbudaya dengan beragam suku bangsa didalamnya itulah pesan dari Uluan nughik yang lebih dahulu ditutur ketimbang Gunung katun, Karta atau bahkan Panaragan dan lainnya dari sudut pandang bahasa, kita akan meminjam kebaikan Suku Baduy atas perlakuannya dengan alam sekitar, ” Ujarnya.
Pantauan media Newslampungterkini.com, selain kota budaya Uluan nughik, Kabupaten Tubaba juga akan membangun Las Sengok (Hutan Larangan) yang mencontoh Pikukuh suku Baduy atau masyarakat Kanekes, yang saat ini di ketahui bahwa masyarakat Baduy percaya dengan kekuatan energi alam, yang wujudnya adalah menjaga dan melestarikan alam dengan cara menghindari Tabu Baduy.
“Las Sengok Tubaba akan menanam berbagai jenis kayu, ijuk, bambu, alang-alang, dengan penghijauan yang seluas-luasnya yang akan membagikan oksigen bagi umat manusia,” Imbuhnya. (DP)