26 Oktober 2024

News Lampung Terkini

Berita Terkini

Sharing Time Umar : “Jadilah Bunian, Jika tak ingin Dijuluki Duguk, Taon, Kuris, Cutbacut”

Newslampungterkini.com, Tulang Bawang Barat – Sharing Time, Megalithic Millennium Art yang sebelumnya digagas almarhum Suryodarmo Suprapto Seniman sepuh asal Solo, akhirnya dihadiri Putri Pertama Mbah Prapto yaitu Melati Suryodarmo, pada Rabu (22/1/2020)

Acara yang di jadwalkan dari tanggal 22 hingga 26 Januari 2020, dibuka di Taman Budaya Uluan Nughik, Kelurahan Panaragan Jaya dan dihadiri oleh sejumlah Seniman, Penyaji, Arkeolog dan Budayawan Nasional dan Internasional, Pejabat Forkopimda, dan ratusan tamu undangan.

Dihadapan tamu tersebut, Melati Suryodarmo putri almarhum Mbah Prapto menyampaikan ungkapan bangga dan terimakasihnya atas terselenggaranya Shareing Time Megalithic Millennium Art di Tubaba.

“Terimakasih saya sampaikan kepada Bupati Tubaba Umar Ahmad, dan seluruh tamu yang hadir. Saya saat ini berdiri dihadapan semua didampingi ibu Diane Butler Seniman Performance, yang selalu berkarya untuk kelestarian seni dan budaya Nusantara,” kata putri sulung Mbah Prapto dalam pidatonya.

Diceritakan Seniman performance art Indonesia yang mendunia itu, bahwa mbah prapto ayah kandungnya telah memberikan banyak pelajaran kepada semua, termasuk menggagas identitas Kebudayaan Tubaba, meski telah dipenghujung usia mbah Prapto.

Baca Juga :  Lampung Resmi Luncurkan Kartu Kredit Pemerintah Daerah

“Pak Prapto suka sekali sejarah, suka sekali seni dan kebudayaan, bahkan dia suka pergi kedesa-desa  untuk menggali Kebudayaan. Banyak pelajaran yang diberikan beliau kepada saya khususnya, dengan menebar kebaikan,” ungkapnya.

Lanjutnya, Tanah Tubaba adalah milik semua, yang bisa menghubungkan antara manusia, bintang, air, api, batu dan semua sesuatu yang bisa hidup dengan manusia.

Usai Putri pemilik Padepokan Lembah Putih di Kota Solo itu menyampaikan pidato mewakili Almarhum Suryodarmo Suprapto, Bupati Tubaba Umar Ahmad membuka secara resmi kegiatan selama lima hari di Tubaba.

“Sekarang kita telah berada di sebuah kota yang sedang dipersiapkan untuk menjadi kota yang berbudaya, yang berekologi untuk masa depan Tubaba, Selamat datang di Bumi Ragem Sai Mangi,” kata Umar Ahmad saat berpidato pembukaan Shareing Time Megalithic Millennium Art di Uluan Nughik.

Baca Juga :  Pemerintah Provinsi Lampung Revitalisasi Stadion Pahoman

Umar juga mengajak seluruh ilmuwan, Seniman, dan Budayawan Nasional dan Internasional untuk menggagas Kebudayaan, membangun peradaban dengan menampilkan karya dan pemikiran yang terbaik untuk warga dan masa depan Tubaba.

“Kami ingin aspek-aspek material dan immaterial terbangun dalam peradaban masa depan Tubaba. Sebab, harus kita sadari bahwa antara alam dan akal budi manusia itu saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain,” ujarnya.

Menurut Umar, itulah titik kesetimbangan, dalam membangun kehidupan yang lebih baik, sebuah kehidupan yang ditandai oleh kehangatan di dalam interaksi sosial dan sikap respek setiap manusia Tubaba, kepada alam semesta dan kehidupan masa depan.

“Beberapa langkah tentunya, telah dipersiapkan, seperti yang hari ini kita lakukan dengan menyentuh Mitologi. Kita sepakati ditempat ini telah lahir sosok makhluk yang secara khusus dengan kebaikannya, dan kami sepakat menamakannya Bunian,” paparnya.

Baca Juga :  Pj Gubernur Hadiri Ramah Tamah dengan Ketua MPR RI Ahmad Muzani dan Acara Syukuran Ketua DPRD Lampung Ahmad Giri Akbar

Bunian menurut Umar adalah makhluk yang digambarkan bersifat baik, suka menjaga alam semesta, menjaga sumber air, menjaga pepohonan, kelestarian lingkungan dan lainnya. Dari sebutan Bunian itu akan menggambarkan suatu sifat, agar manusia berfikir dan selalu bertindak dengan kebaikan.

“Sejak dahulu, moyang kita sering menyebutkan istilah Duguk, Taon, Kuris, Cebuk, Cutbacut untuk menggambarkan suatu sosok mahluk yang sangat mengerikan, dan sangat buruk sekali,” ucapnya.

Nama-nama mahluk mitologi itu kita angkat kembali untuk menggambarkan sifat buruk manusia, seperti serakah, tamak, sombong dan sifat buruk manusia yang lainnya.

“Dari julukan itu jangan sampai dinobatkan kepada kita manusia oleh orang Tubaba, maka hiduplah sebagai manusia dengan selalu berbuat kebaikan, baik antara sesama manusia maupun dengan alam semesta dengan julukan Bunian. Kita berharap kegiatan ini bisa berguna untuk kita semua. Pada momentum Megalithic Millennium Art di Tubaba ini saya Ucapkan Selamat BerTubaba,” pungkasnya.

Laporan : Dedi Priyono

Copyright © 2015 | Newslampungterkini.com | PT Lampung Terkini Mediatama | Newsphere by AF themes.