Dr Reihana Paparkan Cara Jitu Pencegahan Stuting
Newslampungterkini.com – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Dr. dr. Hj. Reihana M.Kes mengajak masyarakat Lampung, terutama orang tua untuk ikut melakukan deteksi dini stuting terhadap anak. Karena dengan deteksi dini, dapat mengantisipasi stuting, dan membangun gizi menuju bangsa sehat berprestasi.
Jika gizi seimbang dan produksi pangan berkelanjutan, sehingga dapat turut mendorong pencapaian RPJMN bidang kesehatan.
“Setidaknya ada tiga hal yang bisa diupayakan oleh para orang tua untuk melakukan deteksi dini stunting pada anak. Seperti arahan bapak Menteri Kesehatan, bahwa ketiga hal itu di antaranya adalah; pertama, melakukan penimbangan berat badan anak setiap bulan,” kata Reihana terkait pencegahan stunting di Provinsi Lampung, Selasa (28/2/2023).
Kedua, memastikan berat badan anak naik setiap kali melakukan penimbangan berat badan. Ketiga, berkonsultasi dengan dokter apabila berat badan anak tidak mengalami kenaikan setiap bulan.
Karena itu, kata Reihana orang tua harus ikut melakukan penimbangan anak balitanya setiap satu bulan sekali. Dan orang tua harus memastikan kenaikan berat badan anak balita mereka setiap bulan.
“Pesan bagi orang tua, penimbangan bayi atau anak balitanya perlu dilakukan setiap satu bulan sekali. Setiap bulan timbang, dan setiap timbang harus dipastikan berat badannya mengalami kenaikan,” kata Reihana.
Reihana mendorong para orang tua untuk segera berkonsultasi dengan dokter di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) apabila berat badan bayi maupun anak balita mereka tidak beranjak naik.
“Kita harus memahami pentingnya pemenuhan gizi harian anak. Orang tua harus memberikan makanan bergizi, terutama yang kaya akan protein hewani. Protein hewani, dapat berupa telur, ikan, ayam, dan daging sapi,” katanya.
Saat ini, ujar Reihana, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mulai membagikan alat timbangan dan antropometri baru ke seluruh posyandu. Itu bertujuan agar metode pengukuran setiap anak di daerah menggunakan disiplin cara yang sama, termasuk pelaporannya.
Di sisi lain, pemerintah mencanangkan Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi guna mempercepat penurunan prevalensi stunting, gangguan pertumbuhan pada anak balita yang terjadi akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama hingga paparan infeksi berulang.
“Kita mengajak para orang tua untuk melakukan penimbangan anak balitanya setiap satu bulan sekali guna mendeteksi dini masalah stunting. Penimbangan bayi atau anak balitanya perlu dilakukan setiap satu bulan sekali,” katanya.
Reihana, menyebutkan salah satu penyebab stunting meningkat signifikan dimulai dari usia 6 sampai 23 bulan, diakibatkan karena kekurangan protein hewani pada makanan pendamping ASI (MPASI) yang mulai diberikan sejak usia enam bulan.
Karena itu, lanjut Reihana, diperlukan intervensi pemenuhan protein hewani pada balita merupakan salah satu upaya percepatan penurunan stunting.
“Dengan mempertimbangkan permasalahan stunting yang belum mencapai target, dan evidence bahwa konsumsi protein hewani berkorelasi mencegah stunting,” ujar Bunda Rei, panggilan akrabnya.
Untuk melakukan pencegahan stunting, jelas Reihana, berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dalam melakukan intervensi spesifik pencegahan stunting, mulai dari pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita setiap bulan melalui posyandu. Kemudian pemberian suplementasi gizi untuk balita, ibu hamil dan remaja, pemberian edukasi untuk masyarakat dan lain-lain.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung bekerja sama dengan Dinas Peternakan dan Hewan Provinsi Lampung, GPMT dan PPN (Organisasi Peternakan Telur) melakukan kampanye gizi dengan pembagian telur, masker medis dan leaflet informasi kesehatan pada masyarakat di GOR Sumpah Pemuda pada tanggal 12 Februari 2023.
Meski berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di Indonesia pada tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 21,6 persen dari angka 24,4 persen pada tahun 2021. Akan tetapi banyak stunting baru yang terjadi pada balita usia di bawah 2 tahun.
Karena itu, Kadiskes Reihana mengharapkan seluruh stakeholder untuk melakukan kampanye edukasi pola makan bagi ibu hamil, menyusui, dan balita (dibawah 2 tahun), guna mencegah stunting bagi balita usia dibawah 2 tahun tersebut. (*)